Rabu, 05 September 2012

Proposal Penelitian




STUDI KERAGAMAN JENIS IKAN HIAS PADA EKOSISTEM TERUMBU KARANG
DI WILAYAH PERAIRAN KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH (KKLD)
GILI SULAT DAN GILI LAWANG DESA SUGIAN KECAMATAN SAMBELIA
KABUPATEN LOMBOK TIMUR


PROPOSAL PENELITIAN


OLEH :

MARYUNANI APYANTO. D
NPM. 2555 1000 FI08







JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI
TAHUN 2012




LEMBAR PENGESAHAN

Judul Rencana Penelitian        : Studi Keragaman Jenis Ikan hias pada Ekosistem Terumbu Karang di Wilayah Perairan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Gili Sulat dan Gili Lawang Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Nama Mahasiswa                    : MARYUNANI APYANTO. D

NPM                                       : 2555 1000 FI 08

Jurusan                                    : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan







Menyetujui :

Pembimbing I                                                  Pembimbing II




OKTOVA MALA PUTRA, S.Pi                              RIA AZHARI, S.Pi.
                         Tanggal :                                                                    Tanggal :





Mengetahui :
Dekan Fakultas Perikanan UGR,




M. TASYWIRUDDIN,S.Pi, M.Si
                                                       Tanggal :



KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang menganugerahkan kepada kita semua sumberdaya perikanan dengan potensi yang bernilai tinggi, untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan serta sebagai upaya dalam menjaga kelestariannya.  Sehubungan dengan itu penulis menyusun proposal yang berjudul “Studi Keragaman Jenis Ikan hias pada Ekosistem Terumbu Karang di Wilayah Perairan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Gili Sulat dan Gili Lawang Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat..
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan Proposal ini terutama ditujukan kepada Yth :
1.      Bapak M. Tasywiruddin, S.Pi, M.Si selaku Dekan Fakultas Perikanan Universitas Gunung Rinjani
2.      Bapak Oktova Mala Putra, S.Pi selaku Dosen Pembimbing I
3.      Bapak Ria Azhari, S.Pi. selaku Dosen Pembimbing II
Yang telah meluangkan waktunya dan dengan penuh perhatian serta kesabaran dalam membimbing penyusunan proposal penelitian ini hingga selesai.
Sangat disadari proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan proposal ini. Akhirnya, semoga proposal ini bermanfaat bagi penulis khususnya maupun orang lain pada umumnya.
Selong,   2012
                                                                                                 Penulis


DAFTAR ISI


Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………..................
i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………….
ii
KATA PENGANTAR ………………………………….………………...
iii
DAFTAR ISI ………………………………………………....................
iv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………................
v
I.
PENDAHULUAN ………………………………………………….............


1.1
Latar belakang ………………………………………………………….
1

1.2
Perumusan masalah ……………………………………………...........
4

1.3
Tujuan dan manfaat penelitian …………………………………...........
5

1.4
Hipotesa ……………………………………...…………………………………
5
II.
TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………….


2.1
Ikan Hias Laut ……………………………….…………………………
6

2.2
Ekosistem Terumbu Karang …………………………………………..…
2.2.1 Bentuk Pertumbuhan Karang ……………………………………
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan karang …………………..
10
12
13
III.
MATERI DAN METODE PENELITIAN ………………………………….


3.1



3.2
Materi Penelitian ………………………………………………..
1.1.1     Sarana dan prasarana yang digunakan dalam Penelitian …………
1.1.2     Tempat dan Waktu Penelitian …………………………….………
Metode Penelitian ……………………………………………………….
14
14
14
15

3.3

Metode Pengambilan Data …………………………………………..
15

3.4
Analisis Data ………………………………………………………
3.4.1  Analisa Keragaman (Diversity) ………………………………….
3.4.2  Analisa Keseragaman …………………………………………….
3.4.3  Analisa Ketidaksamaan (Dismilaritas) dan  Kesamaan   (Similaritas) ………………………
3.4.4  Analisa Dominasi (Dominancy Indeks) ………………………….
3.4.4  Asosiasi …………………………………………………………...
16
16
17

17
18
18
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….
20








DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran :
1.
Format Tabel pencataan hasil Pengamatan Jenis Ikan Hias pada Stasiun Transek selama penelitian ………………………………………………
22
2.
Tabel Jadwal Kegiatan Penellitian ……………………………………...
23


DAFTAR TABEL

Tabel                                                                                                            Halaman
1.
Keragaman spesies ikan hias pada ekosistem terumbu karang ………
9
2.
Format Tabel pencataan hasil Pengamatan Jenis Ikan Hias pada Stasiun Transek selama penelitian ……………………………………
22
3.
Tabel Jadwal Kegiatan Penellitian ……………………………………
23



I     PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
Kawasan pesisir dan laut Indonesia memiliki potensi dan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (mega biodiversity) dan termasuk dalam kawasan CTC (Coral Triangle Center). Tingginya potensi dan keanekaragaman hayati tersebut baik dalam bentuk keanekaragaman genetik, spesies maupun ekosistem merupakan aset yang sangat berharga, untuk menunjang pembangunan ekonomi Indonesia. Tingginya keanekaragaman hayati perairan tersebut dapat memberikan manfaat bagi lingkungan dan kesejahteraan rakyat Indonesia bila dikelola secara optimal dan berkelanjutan dengan memperhatikan karakteristik dan daya dukung (carrying capacity) lingkungan, serta mengacu pada setiap peraturan dan perundang-undangan yang telah ditetapkan.
Keragaman spesies ikan hias, baik ikan hias air laut maupun air tawar  adalah  salah satu kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia.  Dari 650 spesies ikan hias air laut, 480 spesies sudah teridentifikasi dan 200 spesies diperdagangkan.  Ikan hias air laut Indonesia  memiliki pangsa pasar di dunia internasional sebesar 20 % (Poernomo, 2008).
Indonesia terkenal kaya dengan terumbu karang yang merupakan habitat berbagai jenis ikan konsumsi maupun ikan hias.  Sampai saat ini sebagian besar ikan hias laut Indonesia hasil tangkapannya diekspor ke Luar Negeri dan menjadi sumber devisa Negara.  Negara tujuan ekspor ikan hias laut masih terbatas dibeberapa Negara seperti Singapura, Malaysia, hongkong, Taiwan China dan sebagian ke Eropa.  Untuk perluasan pasar ekspor, diperlukan penyebaran informasi mengenai ikan hias laut Indonesia lebih intensif (Anonymous, 2003).
Perairan laut Indonesia yang sangat luas tersebut, menyimpan potensi Sumberdaya Perikanan yang sangat besar, tetapi secara umum tingkat pemanfatan Sumberdaya Perikanan laut tersebut masih relative rendah.  Potensi ikan laut Indonesia adalah sekitar 6,7 juta ton pertahun, namun secara umum pemanfaatannya baru mencapai 62 % dan tidak merata di semua daerah (Anonymous, 1999).
Diperkirakan bahwa luas terumbu karang yang ada di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari bagian barat sampai di perairan kawasan timur Indonesia (Walter, 1994).  Diperkirakan sekitar dua per tiga garis pantai Indonesia yang sangat panjang itu dilidungi oleh Terumbu Karang, empat macam tipe struktur terumbu karang yang umum dijumpai di Indonesia adalah terumbu karang tepi (Friagging Reef), terumbu karang penghalang (Brrier Reef), terumbu karang cicin atau Atol (Atoll) dan terumbu karang takat (Pacth Reef).  Diantara keempat struktur terumbu karang tersebut, terumbu karang tepi merupakan tipe yang paling umum.
Hewan karang merupakan bagian dari terumbu karang sudah cukup lama dimanfaatkan sebagai komoditi perdagangan, baik untuk pasar domestic maupun untuk ekspor.  Karang hidup dipakai sebagai penghias aquarium, pengambilannya dilakukan oleh para nelayan dibeberapa daerah yang memiliki potensi terumbu karang yang cukup besar dan mudah dijangkau (Anonymous, 1998).
Perairan Nusa Tenggara Barat merupakan Provinsi yang memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup besar dan bervariasi baik yang terdapat di daratan maupun di perairan.  Salah satu potensi yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan estetis yang sangat potensial pada perairan adalah Klas kerang – kerangan, kelas Ikan dan terumbu karang.
Gili Sulat dan Gili Lawang berada di wilayah Administratif Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur, merupakan kawasan perairan yang sudah ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) yang memiliki vegetasi mangrove, padang lamun dan terumbu karang.  Gili Lawang dan Gili Sulat, adalah salah satu kawasan yang mempunyai potensi terumbu karang yang potensial untuk dikembangkan. Terumbu karang yang potensial ini merupakan salah satu ekosistem yang mendukung kehidupan ikan karang dan biota laut lainnya.
Menurut Oktova P.M (2006) menyatakan bahwa terumbu karang dalam kondisi masih baik yang ada di Gili Sulat yang didominasi dari jenis karang bercabang (Acropora), dan kelimpahan ikan sangat tingi.  Sedangkan di Gili Lawang memiliki tutupan karang sangat luas dan tebal yang didominasi dari jenis Acropora polifera dan karang batu jenis Goniopora lobata, disamping itu pula memiliki kelimpahan ikan hias jenis Belonopera chabanuadi, Ikan merah (Priacanthus hamrur), Symporus nematophorus dan Carangoides.
Dari semua potensi yang dimiliki kedua Gili tersebut yaitu Gili Sulat dan Gili Lawang, maka selain sebagai Kawasan konservasi dapat juga dijadikan sebagai kawasan ekowisata agar pemanfaatannya secara berkelanjutan (sustainable) dan akan tetap terjaga kelestariannya.

1.2        Perumusan Masalah
Terumbu karang merupakan ekosisitem yang sangat kompleks dan produktif dengan keanekaragaman jenis biota yang sangat tinggi.
Melihat besarnya manfat keberadaan terumbu karang, maka keragaman jenis ikan hias yang berada pada ekosistem terumbu karang yang berfungsi sebagai penarik pariwisata terutama wisata bawah air di Wilayah Perairan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Gili Sulat dan Gili Lawang Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur, belum adanya data yang pasti tentang keragaman jenis ikan hias yang hidup di ekosistem tersebut.  Keberadaan ikan hias sangat tergantung dari kepadatan dan daerah tutupan karang, selain itu juga di pengaruhi oleh jenis karang diantaranya, jenis karang bercabang (Branching), karang meja (Tabulate), karang padat (Massive), karang campuran tapi tutupan karang penuh dan karang bercampur tapi ada mushroom (jamur).

1.3        Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman jenis ikan hias yang hidup di terumbu karang.  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemahaman pada penulis sendiri dan bagi kalangan luas, serta disamping sebagai kawasan konservasi dapat juga dijadikan sebagai kawasan ekowisata bagi pencinta diving dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

1.4        Hipotesis
Untuk lebih mengarahkan penelitian ini, maka diajukan hipotesis sebagai berikut :
Ho   : Diduga tidak terdapat perbedaan keragaman jenis ikan hias yang berada pada ekosisitem terumbu karang.
Hi    : Diduga terdapat perbedaan keragaman jenis ikan hias yang berada pada ekosisitem terumbu karang.

 II    TINJAUAN PUSTAKA
 2.1        Ikan Hias Laut
Ikan hias merupakan species ikan yang senang hidup di daerah terumbu karang yang memiliki warna dan bentuk yang unik dan beraneka ragam.  Ikan hias umumnya kecil dengan panjang kurang dari 30 cm dan hidupnya relatif tidak berpindah – pindah (Sedentary) dibandingkan dengan vertebrata lain yang sama ukurannya.  Salah satu faktor penyebab sifat demikian adalah bahwa mereka hidup pada lingkungan yang sangat struktur akibat bentuk arsitektur terumbu karang yang kompleks, sehingga dari meter ke meter struktur lingkungan fisiknya sangat berbeda (Anonymous, 1997).
Menurut Malikusworo. H, 1997, mengatakan bahwa Ikan hias merupakan hewan air yang bertulang keras (Teleostei) dari Ordo Perciformies.  Dalam sejarah evolusinya, Ordo ini berkembang pada zaman Tersier.  Kelompok yang paling karakteristik dilihat dari beberapa aspek yang kaitannya sangat erat dengan lingkungan terumbu karang adalah ;
1.      Tiga famili yang masuk dalam Sub Ordo Labridae ; Ikan Cina – cina (Labridae), Ikan Kakak Tua (Scarldae), dan Ikan Betok (Pomacenridae).
2.      Tiga famili yang termasuk Sub Ordo Acanthuroldae ; Ikan Butana (Acanthuroldae), Ikan Baronag (Singanidae), dan Ikan Bendera (Zanclidae).
3.      Dua famili yang termasuk Sub Ordo Chaetodontoidae ; Ikan Kepe – kepe (Chaetodontoidae) dan Ikan Kambing – kambing (Pomacantidae).
4.      Dua famili Ikan Gelodok; Blennidae dan Gobildae yang mencirikan sangat kuat sifat ikan demersal dan menetap.
5.      Satu famili Ikan Beseng (Apogonidae), yang aktif pada malam hari (Nocturnal) dan memangsa hewan – hewan invertebrata dan ikan – ikan kecil.
6.      Tiga famili yang termasuk Ikan Buntel (Ostraclidae), Ikan Pokol (Balestidae), dan Tetraodontidae, yang walaupun jumlahnya sedikit tetapi sangat menonjol karena bentuk dan warnanya.
Pada umumnya ikan hias mengalami 2 (dua) fase daur hidupnya yaitu, Fase Pelagis sebagai larva dan Fase Demersal setelah tumbuh menjadi ikan muda dan dewasa.  Ikan hias sangat beragam dalam hal ; dimana, kapan dan bagaimana mereka berproduksi.  Sebagian besar melepaskan sperma dan telurnya di lapisan air pertengahan (Mid water), beberapa jenis meletakkan telurnya di suatu Substrat, beberapa jenis lainnya membuat dan melindungi sarang demersalnya, dan ada beberapa jenis membawa telurnya yang dibuahi di mulutnya hingga menetas.  Satu jenis Ikan Betok (Acanthochromis polyacanthus) selalu berpasangan dan bersama – sama menjaga sarangnya sampai telur – telurnya menetas untuk menjalani Fase Pelagis (Robertson, 1973).
Ikan Tangkur (Syngnathidae) yaitu Tangkur Kuda dan Tangkur Buaya meletakkan telurnya di kantong yang jantan dan satu species dari mereka menjalani kehidupan monogamy yang dimungkinkan oleh sifat reproduksi sepeti ini (Thresher, 1985).
Menurut Allen dan Steene (1994), jenis ikan karang yang banyak mendominasi terumbu karang adalah l0 kelompok ikan (the big ten), yaitu Pomacentridae (Damselfishes), Labridae (Wrasses), Chaetodontidae (Butterflyfishes), Pomacanthidae (Angelfishes), Apogonidae (Cardinalfishes), Serranidae (Grouper dan Basslets), Scaridae (Parrotfishes), Acanthuridae (Surgeonfishes), Bleenidae (Blennies), dan Gobiidae (Gobies).
Ikan karang yang berperan sebagai indicator kesehatan suatu ekosistem terumbu karang diantaranya adalah Famili Chaetodontidae (butterflyf,rshes).
Sedangkan menurut Purnomo, dkk, 2003, menyatakan bahwa di perairan Indonesia terdapat 28 famili Ikan Hias yaitu, Acanthuridae, Antennaridae, Apogonidae, Balistidae, Blenniidae, Callionymidae, Carangidae, Centriscidae, Chaetodontidae, Ephippidae, Gobiidae, Grommistidae, Labridae, Holocentridae, Malacantridae, Mullidae, Muraenidae, Ostracionidae, Plectorhynchidae, Pomacanthidae, Pomancentridae, Pseudochromidae, Scaridae, Scorpaenidae, Serranidae, Siganidae, Syngnathidae dan Tetraodontidae.
Keragaman spesies ikan hias yang hidup pada terumbu karang dapat dilihat pada table 1 dibawah ini ;

Tabel 1. Keragaman spesies Ikan Hias pada ekosistem terumbu karang.
NO
NAMA INDONESIA
NAMA LATIN
1.
Balong padang
Premnasbiaceluatus
2.
Botana lattersix
Parancanthurus hephatus
3.
Botana naso
Naso lituratus
4.
Botana kasur
Acanthurus lineatus
5.
Botana kacamata
Acanthurus glaucopreius
6.
Duscky chromis
Choromis caudillas randali
7.
Enjiel BK
Centropyge bicolour
8.
Giro pasir bali
Amphporton bicinctus
9.
Kelinci putih
Malacanthus smithii
10.
Klonfis biak
Amphiripion percula
11.
Kuda laut kuning
Hippocampus kuda
12.
Kepe bulan asli
Chaetodon banneti
13.
Kepe falkula palsu
Chaetodon lineolatus
14.
Kepe manyong biasa
Chelman nostratus
15.
Kepe auriga
Chaetodon auriga
16.
Kepe tiker
Chaetodon vagabundus
17.
Kepe kalong
Chaetodon collare
18.
Kepe pantasi Surabaya
Chaetodon madagascarientis
19.
Keling kalong
Thalassoma amblycephalum
20.
Kakak tua ijo
Scarus gibus
21.
Layaran kuning
Hebniochus acuminatus
22.
Piso – piso
Aleloliliscus strigatus
23.
Sprongers demoiselle
Chryptera springers
24.
Serajanata merah
Myrispitis sp
25.
Triger liris
Balistapus undulates
26.
Zebra Surabaya
Dascyllus melsnurus
 

2.2        Ekosistem Terumbu Karang
Terumbu karang adalah karang yang terbentuk dari kalsium karbonat koloni kerang laut yang bernama polip yang bersimbiosis dengan organisme miskroskopis yang bernama zooxanthellae. Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut.  Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.  Biasanya tumbuh di dekat pantai di daerah tropis dengan temperatur sekitar 21-300C. Beberapa tempat tumbuhnya terumbu karang adalah pantai timur Afrika, pantai selatan India, Laut Merah, lepas pantai timur laut dan baratl laut Australia hingga ke Polynesia. Terumbu karang juga terdapat di pantai Florida, Karibia dan Brasil. Terumbu karang terbesar adalah Great Barier Reef di lepas pantai timur laut Australia dengan panjang sekitar 2000 km. Terumbu karang merupakan sumber makanan dan obat-obatan dan melindungi pantai dari erosi akibat gelombang laut.
Terumbu karang memberikan perlindungan bagi hewan-hewan dalam habitatnya termasuk sponge, ikan (kerapu, hiu karang, clown fish, belut laut, dll), ubur-ubur, bintang laut, udang-udangan, kura-kura, ular laut, siput laut, cumi-cumi atau gurita, termasuk juga burung-burung laut yang sumber makanannya berada di sekitar ekosistem terumbu karang.
Ada dua jenis terumbu karang yaitu terumbu karang keras (hard coral) dan terumbu karang lunak (soft coral).  Terumbu karang keras (seperti brain coral dan elkhorn coral) merupakan karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang.  Terumbu karang lunak (seperti sea fingers dan sea whips) tidak membentuk karang.  Terdapat beberapa tipe terumbu karang yaitu terumbu karang yang tumbuh di sepanjang pantai di continental shelf yang biasa disebut sebagai fringing reef, terumbu karang yang tumbuh sejajar pantai tapi agak lebih jauh ke luar (biasanya dipisahkan oleh sebuah laguna) yang biasa disebut sebagai barrier reef dan terumbu karang yang menyerupai cincin di sekitar pulau vulkanik yang disebut coral atoll.
Pembentukan terumbu karang merupakan proses yang lama dan kompleks. Berkaitan dengan pembentukan terumbu, karang terbagi atas dua kelompok yaitu karang yang membentuk terumbu (karang hermatipik) dan karang yang tidak dapat membentuk terumbu (karang ahermatipik). Kelompok pertama dalam prosesnya bersimbiosis dengan zooxanthellae dan membutuhkan sinar matahari untuk membentuk bangunan dari kapur yang kemudian dikenal reef building corals, sedangkan kelompok kedua tidak dapat membentuk bangunan kapur sehingga dikenal dengan non–reef building corals yang secara normal hidupnya tidak tergantung pada sinar matahari (Veron, 1986).
Pembentukan terumbu karang hermatipik dimulai adanya individu karang (polip) yang dapat hidup berkelompok (koloni) ataupun menyendiri (soliter). Karang yang hidup berkoloni membangun rangka kapur dengan berbagai bentuk, sedangkan karang yang hidup sendiri hanya membangun satu bentuk rangka kapur. Gabungan beberapa bentuk rangka kapur tersebut disebut terumbu.
Formasi terumbu karang mengikuti topografi yang dibentuk oleh proses geologi alam. Pemahaman mengenai formasi terumbu karang memberikan informasi kecenderungan bentuk pertumbuhan yang mendominasi suatu zona dengan memperhatikan faktor jarak ekosistem terhadap daratan (pulau) ataupun terhadap laut lepas.
Charles Darwin (1842) mengemukakan tiga perbedaaan formasi yang dikenal dengan teori penenggelaman Terumbu karang tepi (Fringing Reef), yaitu terumbu karang yang terdapat di sepanjang pantai dan dalamnya tidak lebih dari 40 meter. Terumbu ini tumbuh ke permukaan dan ke arah laut terbuka.Terumbu karang penghalang (Barrier Reefs), berada jauh dari pantai yang dipisahkan oleh goba (lagoon) dengan kedalaman 40 – 70 meter. Umumnya terumbu karang ini memanjang menyusuri pantai. Atol (atolls), yang merupakan karang berbentuk melingkar seperti cincin yang muncul dari perairan yang dalam, jauh dari daratan dan melingkari gobah yang memiliki terumbu gobah atau terumbu petak.

2.2.1   Bentuk Pertumbuhan Karang
Karang memiliki variasi bentuk pertumbuhan koloni yang berkaitan dengan kondisi lingkungan perairan.  Berbagai jenis bentuk pertumbuhan karang dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, hydrodinamis (gelombang dan arus), ketersediaan bahan makanan, sedimen, subareal exposure dan faktor genetik.  Berdasarkan bentuk pertumbuhannya karang batu terbagi atas karang Acropora dan non - Acropora (English et.al., 1994).
Perbedaan Acropora dengan non- Acropora terletak pada struktur skeletonnya. Acropora memiliki bagian yang disebut axial koralit dan radial koralit, sedangkan non-Acropora hanya memiliki radial koralit.

2.2.2   Faktor yang Mempengaruhi Bentuk Pertumbuhan
Jenis karang yang dominan di suatu habitat tergantung pada kondisi lingkungan atau habitat tempat karang itu hidup. Pada suatu habitat, jenis karang yang hidup dapat didominasi oleh suatu jenis karang tertentu. Pada daerah rataan terumbu biasanya didominasi karang-karang kecil yang umumnya berbentuk masif dan submasif.
Lereng terumbu biasanya ditumbuhi oleh karang-karang bercabang. Karang masif lebih banyak tumbuh di terumbu terluar dengan perairan berarus. Gelombang berpengaruh terhadap perubahan bentuk koloni terumbu. Karang yang hidup di daerah terlindung dari gelombang (leeward zones) memiliki bentuk percabangan ramping dan memanjang, berbeda pada gelombang yang kuat (windwardzones) kecenderungan pertumbuhan berbentuk percabangan pendek, kuat, merayap atau submasif. Secara umum ada empat faktor dominan yang mempengaruhi bentuk pertumbuhan, yaitu cahaya, tekanan hidrodinamis (gelombang dan arus), sedimen dan subareal exposure.

III     MATERI DAN METODE PENELITIAN
3.1        Materi Penelitian
3.1.1   Sarana dan prasarana yang digunakan dalam Penelitian
·            Perahu, sebagai alat transfortasi
·            Alat Selam (Scuba Diving)
·   Tali Rafia, untuk membuat transek pada 10 (sepuluh) stasiun, yang dipasang mengelilingi terumbu karang dengan ukuran transek 3 x 3 meter (panjang 3 meter dan lebar 3 meter).
·   Bambu, sebagai patok tempat mengikat tali raffia dengan panjang 1,5 meter.
·   Kain (Tanda), digunakan sebagai tanda transek yang diikat pada tali raffia yang mengelilingi terumbu karang.
·   Pelampung (Tanda), digunakan sebagai tanda untuk memudahkan pencarian transek.
·   White Box dan Pensil, digunakan untuk pencatatan data didalam air.
·   Kamera Bawah Air (Under Water Camera), digunakan untuk pengambilan gambar atau sebagai alat dokumentasi saat penelitian.
·            GPS, untuk menentukan koordinat stasiun transek.
·            Meter Rol, untuk mengukur jarak transek.

3.1.2    Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di perairan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Gili Sulat, Gili Lawang Desa Sugian Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok timur – Nusa Tenggara Barat, pada bulan Mei sampai bulan Juni Tahun 2012.
3.2        Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Survey yaitu suatu metode dengan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan atau di lokasi penelitian (Suharsono, 1997).

3.3        Metode Pengambilan Data
Dalam pengambilan data pada penelitian ini adalah dengan mengunakan Metode Transek yaitu suatu metode dengan meletakkan tali yang tegak lurus diatas permukaan terumbu karang, ukuran transek diletakkan diatas terumbu karang mengikuti tali dengan interval waktu 20 menit dan menentukan jenis ikan dan jumlah yang berbeda didalam transek selama pengamatan (Suharsono, 1997).  Ukuran transek yang digunakan adalah 3 x 3 meter pada setiap stasiun dan dalam penelitian ini akan mengunakan 10  (sepuluh) stasiun, masing – masing 5 (lima) stasiun di Gili Sulat dan 5 (lima) stasiun di Gili Lawang, pada 5 (lima) jenis terumbu karang yang berbeda yaitu, jenis karang bercabang (Branching), karang meja (Tabulate), karang padat (Massive), karang campuran tapi tutupan karang penuh dan karang bercampur tapi ada mushroom (jamur), pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali ulangan pada setiap stasiunnya.

3.4        Analisa Data
3.4.1  Analisa Keragaman (Diversity)
Keragaman komunitas ditandai dengan banyaknya jenis organisme yang membentuk komunitas tersebut.  Nilai Indeks Keragaman (H’) menunjukkan distribusi individu – individu antara species yang menggambarkan keseimbangan biologi dari species dalam komunitasnya.  Semakin tingi nilai Indeks Keragaman menunjukkan keseimbangan yang semakin baik.  Keragaman komunitas dihitung dengan menggunakan Indeks Shanon Wiener (Odum, 1994 dan Begen, 2000) yaitu ;





 


Dimana :
H’
S
Pi
Ni
N
= Indeks Keragaman Shanon Wiener
= Jumlah Taksa
= ni/N
= Jumlah Individu Jenis ke - 1
= Jumlah Total Individu
H’ akan maksimum jika semua species/genus menyebar secara homogennya yaitu :
H’ maks = Log 2 S atau ln S
Nilai indeks keragaman kriterianya sebagai berikut ;
H’ < 3,2
3,2 < H’ < 9,9
H’ > 9,9
= Keragaman Populasi Kecil
= Keragaman Populasi Sedang
= Keragaman Populasi Besar
3.4.2  Analisa Keseragaman
Perbandingan antara keragaman dengan keragaman maksimum dinyatakan sebagai keragaman populasi (E).  Rumus Indeks Keseragaman seperti yang dinyatakan oleh Kreb dalam Yuspardianto, 1998 dan Begen D.G, 2000 adalah :

Nilai keseragaman suatu populasi akan berkisar antara 0 – 1, dimana pembagian nilai tersebut menunjukkan komunitas sebagai berikut ;
0,00 < E < 0,50           = Komunitas berada pada kondisi tertekan
0,50  < E < 0,75          = Komunitas berada pada kondisi labil
0,75 < E < 1,00           = Komunitas berada pada kondisi stabil
Dari kisaran nilai di atas terlihat semakin kecil nilai E, akan semakin kecil pula keseragaman populasi, yang berarti penyebaran populasi tersebut didominasi oleh jenis organisme tertentu. Begitu pula sebaliknya, semakin besar nilai E, populasi menunjukkan keseragaman yang tinggi yaitu jumlah individu setiap jenis dapat dikatakan sama atau tidak berbeda (Legendre dan Legendre dalam Yuspardianto, 1998), dan dilanjutkan dengan uji t untuk mengetahui adanya pengaruh jenis – jenis individu pada suatu komunitas (Begen, D.G, 2000).

3.4.3  Analisa Ketidaksamaan (Dismilaritas) dan Kesamaan (Similaritas)
Untuk mengetahui berbeda atau tidaknya suatu jenis individu dan besar kecilnya kesamaan jenis individu pada suatu komunitas dapat dihitung dengan menggunakan indeks Bray – curtis (Begen, D.G, 2000).








 


Kisaran nilai Indeks Bray – curtis adalah antara 0 – 1, dimana semakin mendekati angka 0 maka Indeks disimilaritas tidak ada perbedaan dan indeks similaritas kecil, sedangkan semakin mendekati nilai 1, menunjukkan disimilaritas yang berbeda dan similaritas besar.

3.4.4  Analisa Dominasi (Dominancy Indeks)
Untuk mengetahui ada tidaknya suatu jenis individu yang dominan pada suatu komunitas, dapat dihitung dengan menggunakan Indeks Dominasi Simpson (Kreb dalam Yuspardianto, 1998), dengan rumus sebagai berikut ;


 


Kisaran nilai Indeks Dominasi adalah antara 0 – 1, semakin mendekati 0, maka Dominasi yang terjadi semakin kecil atau tidak ada, sebaliknya semakin mendekati nilai 1 (satu) menunjukkan adanya Dominasi.

3.4.4  Asosiasi
Asosiasi antara dua jenis spesies/organisme disebut Indeks Ochiai dengan pormula sebagai berikut ;
 

Dan dilanjutkan dengan uji Khi kuadrat yang dibandingkan dengan table kontingesi.  Jika Xt2 lebih besar dari X2 tabel, maka Ho ditolak berarti ada asosiasi yang nyata dari jenis karang bercabang (Branching), karang meja (Tabulate), karang padat (Massive), karang campuran tapi tutupan karang penuh dan karang bercampur tapi ada mushroon (jamur).


DAFTAR PUSTAKA
Allen dan Steene, 1994. Marine Fishes of South – East Asia. Paeriplus. Westerm Australia.
Anonymous, 1997.      Pelatihan Metodologi Penelitian Penentuan Kondisi Terumbu Karang
Anonymous, 1998.      Pola Pemanfaatan Karang Hias Secara Lestari.
Anonymous, 1999.      Penataan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan dalam Kaitanya Dengan Koordinasi Pengelolaan. Direktorat Bina Sumber Hayati, Ditjen Perikanan, Jakarta.
Anonymous, 2003.      Laporan Survey Kondisi Terumbu Karang Perairan Kabupaten Lombok Timur.
Begen, D.G, 2000.      Analisa Biofisik Sumberdaya Pesisir, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, IPB Bogor.
Charles Darwin, 1842
English et.al., 1994
Malikusworo. H, 1997. Pengantar Studi Ekologi Komunitas Ikan Karang dan Metode Pengkajiannya.
Odum, 1994.               Dasar – dasar Ekologi. Terjemahan T. Samingan, Gajah Mada University Press, Jakarta.
Oktova, P.M, 2006.   Tingkat Keragaman Jenis Ikan Hias dengan Terumbu Karang yang Berbeda, Co-Fish Procekt. Lombok Timur.
Poernomo, 2003.         Ikan Hias Laut Indonesia, Balai Riset Perikanan Laut, Jakarta
Robertson, 1973.         Field Observation On The Reproductive Bihaviour Of a Pomacantrid Fish, Aconfhochromispolyacanthus, Z. Tierpsychol. 32: 319324.

Said , R dan Zaid J, 1995.      Pengantar Kapal Perikanan Fakultas Perikanan Universitas Riau, Riau.
Suharsono,1997.         Metode penelitian terumbu karang.
Thresher, R.E, 1985.   Distrubution, Abudance And Reproductive Success In The coral Reef Fish Aconthochromis Polyancanthus. Ecology 66 : 11391150.
Veron, 1986               
Walter, 1994.              International Workshop On the Trade In stony Coral.
Yuspardianto, 1998.   Studi tentang efektifitas terumbu karang buatan sebagai Fish aggregation device di perairan Pulau Sauh, Sumatera Barat, Jakarta.



Lampiran 1. Format Tabel pencataan hasil Pengamatan Jenis Ikan Hias pada Stasiun   Transek selama penelitian.

Hari/Tanggal             : ………………………………………..
Stasiun                      : …………………………………………
Lokasi                       : …………………………………………
Ulangan Ke               : …………………………………………
NO
SPESIES


TRANSEK


JUMLAH


Transek 1
Transek 2
Transek 3
Transek 4
Transek 5

1.







2.
































































































































Total









Lampiran 2.   Tabel Jadwal Kegiatan Penelitian




No

Tahapan Kegiatan
Tahapan Pada Bulan : ..............………………….                                Minggu ke : ……………
Maret
April
Mei
Juni
Juli
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
Penyusunan Proposal




















2.
Seminar Proposal




















3.
Penelitian




















4.
Analisis Data




















5.
Penyusunan Skripsi




















6.
Ujian Skripsi


























Tidak ada komentar:

Posting Komentar